20 Maret 2019

Meniran Sebagai Obat Herbal

Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup meluas. Secara empiris masyarakat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan tersebut sebagai obat, akan tetapi masih sedikit yang diteliti tentang kandungan zat aktif didalamnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan kimia dan efek farmakologinya.

Meniran Sebagai Obat Herbal


Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah meniran. Meniran adalah herba yang berasal dari genus Phyllanthus dengan nama ilmiah Phylanthus niruri Linn. Meniran mempunyai manfaat sebagai imunomodulator yaitu obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Contoh obat herbal Stimuno untuk balita.

Secara klinis imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain pada kasus keganasan HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain. Sebuah penelitian membuktikan mengenai efek antihyperuricemic ekstrak metanol P. niruri memperlihatkan penghambatan xanthine oxidase secara in vitro dengan IC50 39,39 µg/mL.

Filantin merupakan salah satu senyawa utama yang terkandung dalam tanaman meniran. Pada dosis 50 µg/kgBB senyawa filantin menunjukkan aktivitas hepatoprotektif terhadap tikus. Dari 28 senyawa filantin yang disiapkan untuk dievaluasi aktivitas anti-HIVnya. Senyawa filantin ke-5, 22, 23, dan 28 menunjukkan aktivitas anti-HIV dengan nilai IC50: 0,25; 1,07; 0,01; 0,32 µg/mL.

Selain itu, telah dilaporkan efek sitotoksik filantin terhadap sel leukemia K-562 dan Lucena-1. Filantin pada konsentrasi 43 µg/mL menunjukkan efek sitotoksik terhadap sel leukemia sebesar 24,1% kematian sel K-562 dan 24,8% kematian sel Lucena-1 (Leite et al., 2006).

Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan isolasi terhadap senyawa tersebut dan diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan sebagai marker untuk standardisasi.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan isolasi lignan yang didalamnya termasuk filantin. Isolasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom (KK) dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kombinasi heksana-etil asetat dengan gradien konsentrasi (90:10), (89:11), (88:12), (85:15).

Selanjutnya diambil fraksi 1-5 dan hasilnya pada fraksi 4-5 menunjukkan adanya filantin. Sehingga metode tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengisolasi filantin.